7 Poin Hasil RDG BI untuk Ekonomi 2019

Senin, 21 Januari 2019 | 15:00 WIB

Bank Indonesia (Dok.BI)

Brilian - Kondisi perekonomian global dinilai masih penuh dengan ketidakpastian. Namun, tekanan perekonomian global di tahun 2019 mulai berkurang seiring menurunnya ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Cina.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pihaknya tidak akan lengah. BI tetap waspada agar stabilitas perekonomian Indonesia tetap terjaga.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang telah berlangsung pada 16-17 Januari 2019 merumuskan tujuh poin penting terkait ekonomi 2019. Perumusan itu dengan mempertimbangkan sisi global maupun ekonomi domestik.

Berikut tujuh poin hasil RDG:

1. BI memutuskan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 6%, suku bunga deposit facility sebesar 5,25%, dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%.

2. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat ditopang permintaan domestik di kisaran 5,0% - 5,4%.

3. BI melihat kemungkinan pertumbuhan ekspor masih terbatas karena harga komoditas ekspor menurun dan pertumbuhan ekonomi dunia yang lambat. Namun di sisi lain, impor mulai menurun sejalan kebijakan yang ditempuh pemerintah dan BI.

4. Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 mencatatkan adanya defisit 1,1 miliar dolar AS sebagai akibat penurunan kinerja ekspor khususnya sektor nonmigas. Meski demikian, aliran masuk modal asing kembali terjadi pada Desember 2018, sebesar 1,9 miliar dolar AS, yang berlanjut pada Januari 2019.

Hal ini membuat posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 cukup tinggi, yakni 120,7 miliar dolar AS atau setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

5. Nilai tukar Rupiah dalam tren menguat sehingga mendukung stabilitas harga. Rupiah pada Desember 2018 rata-rata menguat sebesar 1,6%, meski secara point-to-point sedikit melemah 0,54%.

Tren penguatan rupiah akan berlanjut pada Januari 2019. Faktor-faktor penguatan rupiah antara lain aliran masuk modal asing akibat perekonomian domestik yang kondusif, imbal hasil domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai mereda.

6. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dan risiko kredit terkendali. BI memperkirakan pertumbuhan kredit berada dalam kisaran 10%-12% yoy sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 8%-10% yoy.

7. Perekonomian domestik yang tetap baik ditopang kelancaran sistem pembayaran, baik dari sisi tunai maupun nontunai. Dari sisi pembayaran tunai posisi uang yang diedarkan meningkat 7,8% yoy pada Desember 2018. Sementara pembayaran non tunai nilai transaksi yang diselesaikan mengalami peningkatan sebesar 1,53% yoy.

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x