Kewirausahaan Sosial Efektif untuk Bangun Ekonomi Kreatif

Sabtu, 6 Mei 2023 | 08:00 WIB

Ilustrasi ekonomi kreatif (Foto:pixabay)

Brilian - Kewirausahaan sosial bisa menjadi sarana efektif untuk membangun ekonomi kreatif (ekraf) dan inklusif. Kewirausahaan sosial juga memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan, penduduk asli, dan para penyandang disabilitas melalui penciptaan lapangan kerja dan mempromosikan upaya pengembangan keahlian kewirausahaan.

Demikian kesimpulan itu diambil dari hasil penelitian bertajuk &039;Membangun Ekonomi Kreatif dan Inklusif: Profil Usaha Sosial di Indonesia&039;. Penelitian ini diprakarsai Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-bangsa (UN-ESCAP) bersama British Council.

Dalam penelitian ini, &039;kewirausahaan sosial&039; merujuk pada kewirausahaan yang dilakukan dengan misi sosial atau misi lingkungan dan menginvestasikan kembali keuntungan usahanya dalam porsi yang signifikan untuk pengembangan misi-misi tersebut. Saat ini terdapat 340 ribu kewirausahaan sosial di Indonesia.

"Kewirausahaan sosial memberikan variasi dari pengusaha. Jadi, yang namanya pengusaha tidak harus berdagang, di industri atau di pertanian, tetapi bisa di sosial," ujar Sekretaris Eksekutif UNESCAP Armida Salsiah Alisjahbana beberapa waktu lalu.

Penelitian yang berlangsung Januari-Juli 2018 ini melibatkan lebih dari 2.000 organisasi sebagai partisipan. Data diperoleh dari proses wawancara, survei, dan Focus Group Discussion.

Penelitian mengestimasi kontribusi sektor usaha sosial terhadap perekonomian baru 1,9 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Meski kontribusinya masih kecil, penelitian ini menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial menawarkan sarana-sarana inklusif yang dapat mandiri secara finansial untuk mendukung proses pembangunan di Indonesia.

Sementara tiga sektor yang paling diminati adalah industri kreatif (22 persen), agrikultur dan perikanan (16 persen) serta pendidikan (15 persen). Sebagian besar pelaku bisnis kewirausahaan sosial berusia 18-34 tahun (67 persen).

Hasil penelitian lainnya menyebutkan 40 persen pemimpin bisnis sosial merupakan perempuan. Selama periode 2016-2017, jumlah perempuan yang bekerja sebagai pegawai tetap di usaha sosial melonjak 99 persen dan 30 persen untuk posisi pegawai paruh waktu.

***

GN/LMP

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x