Tips Agar Startup Kamu Jadi Fenomenal
Rabu, 19 Januari 2022 | 16:41 WIB
Brilian - Membuat startup jangan hanya sekadar mengikuti tren zaman. Karena kalau begitu, kamu hanya akan menjadi bagian dari startup yang tumbuh dalam skala besar dan juga akan tumbang bersamaan. Fenomena inilah yang banyak terjadi di Indonesia. Membuat startup hanya sekadar ikut-ikutan dan tidak bisa menciptakan inovasi yang benar-benar menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat atau calon pasar.
Berikut adalah 5 langkah yang bisa kamu lakukan untuk menjadi startup yang fenomenal sebagaimana dikutip dari Isigood.com.
1. Petakan permasalahan
Dalam tradisi startup ataupun tradisi bisnis pada umumnya, sangat penting untuk memetakan permasalahan yang siap dipecahkan oleh startup rintisanmu. Masyarakat bagaikan klien atau pembelimu, yang harus bisa kamu bujuk untuk menjadi user atas startup kamu, berbayar ataupun tidak.
Cobalah jalan-jalan dan cari makan maka kamu pun sadar kamu tidak punya wawasan tentang tempat makan enak di kotamu. Maka, bangunlah startup situs media kuliner, yang mengulas tentang berbagai macam tempat makan enak di kota-kota besar. Begitulah qraved.com dan eatjogja.com berdiri.
Saat kamu mau pulang kantor sendirian malam-malam, kamu tidak bisa menemukan ojek dan taksi. Saat itulah kamu sadar betapa pentingnya transportasi bagi masyarakat menengah. Maka, bangunlah startuppenyedia transportasi. Begitulah Go-Jek dan Grab lahir.
Sebaliknya, kamu pulang kantor dengan mengendarai mobil, lalu ada teman kantormu yang minta nebeng, saat itulah kamu sadar kamu bisa mencari penghasilan tambahan dengan jadi sopir dadakan sepulang kantor. Maka, berdirlah UberTaxi yang mempertemukan orang yang punya mobil serta orang yang butuh tumpangan.
Indonesia itu luas dan penduduknya masif. Hampir 250 juta manusia dan hampir 100 juta darinya memakai internet secara aktif, lewat smartphone pula. Bayangkan, ada begitu banyak permasalahan yang ada di masyarakat dan betapa dengan mudahnya kamu bisa membuat startup yang berguna bagi mereka. Peluang bisnis startup tidak akan ada habisnya karena pelaku startup masih sangat sedikit dan potensi pasarnya masih terlalu banyak.
2. Temukan rekan-rekan yang satu visi
Inilah tahap yang cukup menantang. Kamu harus mencari rekan yang mau bekerja bersamamu. Kamu harus bisa meyakinkan dia dengan idemu dan kamu harus bisa bekerja sama dengannya. Persis seperti Mark Zuckerberg yang melobi teman kuliahnya, Eduardo Saverin, untuk sama-sama merintis thefacebook.com, asal-usul Facebook. Bisa juga seperti duo Kevin Systrom dan Mike Krieger dalam menciptakan Instagram.
Biasanya, ketika kamu telah menemukan rekan, mereka biasa disebut co-founder. Merekalah rekan "pendiri" startup kamu yang siap mendampingimu menuju sukses.
3. Mulai rancang startup serta model bisnis yang akan dijalankan
Bersama rekan co-founder kamu, mulailah merancang startup yang akan kamu buat. Rancanglah nama brand startup yang sederhana, mudah diingat, serta catchy. Lihat bagaimana Go-Jek bisa menggabungkan kata "Go" dan "Ojek" menjadi "Go-Jek", yang entah disengaja atau tidak, dalam bahasa Jawa, "gojek" berarti bercanda. Contoh lain lagi seperti betapa inspiratifnya nama kitabisa.com yang menggambarkan semangat sosial dari startup itu. Carilah nama brand yang simpel, yang menggambarkan startup kamu, dan kena di hati masyarakat.
Bicara tentang model bisnis, ada istilah digitalnya yaitu monetisasi, cara yang bisa dipakai untuk meraup untung. Misalnya, untuk model startup e-commerce, biasanya platform e-commerce menyediakan ruang gratis bagi penggunanya untuk jual-beli. Tapi, khusus untuk penjual, disediakan fitur untuk menjual barangnya dengan iklan premium. Dengan membayar sejumlah uang pada e-commerce, dagangan si penjual akan lebih mudah laku dijual.
Misalnya lagi, situs media kuliner, mereka bisa menyediakan layanan review kuliner bagi restoran tertentu. Startup penyedia penjualan tiket traveling bisa mendapat iklan dari maskapai penerbangan atau hotel tertentu, dan lain terus sebagainya.
Sementara startup layanan jasa seperti Go-Jek ataupun Grab sudah lumayan jelas memiliki model bisnis dengan jualan jasa transportasi. Namun, untuk beberapa startup berbentuk media ataupun aplikasi informasi, memang membutuhkan strategi khusus untuk memonetisasi.
Percaya atau tidak, sampai tulisan ini dibuat, Whatsapp belum menemukan cara untuk memonetisasi dirinya sendiri. Maka itu, kamu belum pernah lihat ada iklan di Whatsapp kamu kan? Beda dengan LINE yang secara cukup kreatif bisa membuat sticker spesial yang didanai sponsor dan bisa dipakai penggunanya.
4. Kumpul di forum startup, tambah kenalan dan siapa tahu dapat investor
Cukup banyak co-working space alias tempat-tempat kerja yang berfungsi sebagai forum komunitas temu startup dan investor. Contohnya saja Bandung Digital Valley (bandungdigitalvalley.com), Jogja Digital Valley (jogjadigitalvalley.com), Ikitas (www.ikitas.com) Inkubator Bisnis di Semarang, Stasion (stasion.org), dan lain sebagainya. Di sinilah founder startup maupun investor bertemu, mengadakan acara, eksibisi, dan lain sebagainya.
Tempat-tempat semacam itu juga memiliki program inkubasi, yang intinya memfasilitasi beberapa startupdalam jangka waktu tertentu untuk berkantor di co-working space tertentu. Nantinya, startup yang sedang diinkubasi akan digembleng dan dibina sampai matang, dan jika beruntung akan dicarikan investor.
Kalau kamu bingung harus mulai dari mana, coba tengok situs techinasia, yang merupakan situs komunitas startup di Indonesia dan Asia. Simak berita-berita menarik seputar tips membangun startup, berita teknologi, acara temu startup, dan lain sebagainya.
5. Memiliki wawasan tentang penggunaan teknologi
Memang benar tidak ada kewajiban bagi sebuah startup untuk berorientasi pada teknologi dan sistem informasi. Tetapi, kenyataannya semua startup berlandaskan atas hal itu. Bahkan, perusahaan tua nonteknologi saja juga tidak bisa memungkiri bahwa penggunaan teknologi itu penting dalam bisnis. Lagi pula, alasan kenapa startup bisa dengan sangat cepat berkembang dan fenomenal, apalagi kalau bukan penggunaan komprehensif teknologi informasi.