LINK UMKM - Bagi pelaku UMKM, pemahaman tentang biaya logistik menjadi salah satu kunci dalam menentukan harga produk yang tepat dan menjaga profitabilitas usaha. Biaya logistik yang mencakup pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi, seringkali menjadi komponen terbesar dalam struktur biaya operasional. Literasi keuangan yang memadai membantu UMKM menghitung biaya ini secara akurat dan membuat keputusan harga yang lebih rasional.

Biaya logistik dapat dikategorikan menjadi beberapa komponen utama: biaya transportasi, biaya pergudangan, biaya penanganan barang, dan biaya administrasi. Biaya transportasi mencakup ongkos pengiriman bahan baku ke tempat produksi maupun distribusi produk ke konsumen atau toko. Pergudangan meliputi biaya sewa gudang, pemeliharaan stok, dan keamanan. Biaya penanganan barang termasuk pengemasan, bongkar muat, dan pengelolaan inventaris. Sementara biaya administrasi mencakup dokumentasi, asuransi, dan sistem monitoring logistik.

Menghitung total biaya logistik dimulai dengan mencatat seluruh pengeluaran yang terkait dengan setiap komponen tersebut dalam periode tertentu. Misalnya, jika biaya transportasi bulanan mencapai Rp5 juta, pergudangan Rp2 juta, penanganan barang Rp1,5 juta, dan administrasi Rp500 ribu, maka total biaya logistik adalah Rp9 juta. Angka ini kemudian dibagi dengan jumlah produk yang diproduksi atau dijual dalam periode yang sama untuk memperoleh biaya logistik per unit.

Contoh perhitungan: jika dalam sebulan UMKM memproduksi 3.000 unit produk, maka biaya logistik per unit = Rp9.000.000 ÷ 3.000 = Rp3.000 per unit. Angka ini kemudian dapat dijadikan salah satu komponen penentuan harga jual produk, bersama dengan biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan margin keuntungan.

Penerapan literasi keuangan menjadi penting di tahap ini. UMKM perlu mampu membaca laporan pengeluaran, mencatat arus kas masuk dan keluar, serta memproyeksikan biaya logistik untuk periode mendatang. Pemahaman ini membantu menghindari risiko underpricing atau overpricing, yang bisa menurunkan keuntungan atau membuat produk kurang kompetitif di pasar.

Selain itu, strategi pengelolaan logistik yang efisien dapat menurunkan biaya per unit. Misalnya, konsolidasi pengiriman, pemilihan gudang yang lebih strategis, atau penggunaan teknologi digital untuk memantau stok dan rute pengiriman. Penggunaan platform digital logistik juga memudahkan UMKM memantau biaya real-time, membuat perencanaan pengadaan lebih akurat, dan meminimalkan kerugian akibat kelebihan atau kekurangan stok.

Dalam konteks literasi keuangan, UMKM yang mampu mengintegrasikan perhitungan biaya logistik ke dalam struktur harga produk akan memiliki kendali lebih baik atas profitabilitas. Misalnya, jika total biaya produksi termasuk logistik per unit adalah Rp20.000 dan target margin keuntungan 25 persen, maka harga jual yang tepat = Rp20.000 × 1,25 = Rp25.000 per unit. Penetapan harga berbasis perhitungan ini memastikan bisnis tetap sehat dan mampu bersaing di pasar.

Selain menentukan harga, perhitungan biaya logistik juga membantu dalam pengambilan keputusan strategis, seperti evaluasi supplier, negosiasi ongkos kirim, maupun alokasi sumber daya untuk ekspansi pasar. Dengan data yang akurat, UMKM dapat menilai apakah margin keuntungan memadai untuk mengembangkan usaha atau perlu melakukan efisiensi pada salah satu komponen logistik.

Kesimpulannya, perhitungan biaya logistik bukan sekadar urusan operasional, tetapi bagian penting dari literasi keuangan yang harus dikuasai UMKM. Dengan memahami setiap komponen biaya, menghitung biaya per unit, dan memasukkannya ke dalam struktur harga produk, UMKM dapat menetapkan harga yang realistis, menjaga profitabilitas, dan meningkatkan daya saing di pasar. Integrasi literasi keuangan dan manajemen logistik menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.

RA/NS