Cerdas Finansial Sejak Dini: OJK Dorong Literasi Keuangan Naik 1 Persen per Tahun

Selasa, 13 Mei 2025 | 08:00 WIB

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi.

LINK UMKM -  Upaya meningkatkan kecerdasan finansial masyarakat terus digencarkan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan indeks literasi keuangan sebesar satu persen setiap tahun, dengan harapan memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam menghadapi tantangan di era digital.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh salah satu pejabat eksekutif OJK dalam kegiatan literasi keuangan bertajuk "Generasi Muda Cerdas Membangun Ketangguhan di Era Digital", yang digelar di sebuah universitas negeri di Kota Malang, Rabu (7/5). Menurutnya, indeks literasi keuangan nasional saat ini telah mencapai angka 66,46 persen, naik dari tahun sebelumnya yang berada di kisaran 65 persen.

Meski capaian tersebut menunjukkan tren positif, pihak OJK menilai angka itu masih perlu ditingkatkan secara signifikan. Tantangan geografis serta ketimpangan akses teknologi informasi di berbagai daerah disebut menjadi hambatan utama dalam memperluas jangkauan edukasi keuangan.

“Kami menyadari masih banyak daerah yang belum memiliki akses internet memadai. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah kami untuk terus memberikan edukasi yang inklusif dan menyeluruh,” ujarnya saat menyampaikan sambutan di hadapan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang.

Lebih lanjut, OJK menggarisbawahi empat kelompok prioritas dalam strategi peningkatan literasi, yakni perempuan, generasi muda, masyarakat pedesaan, serta petani dan peternak. Keempat segmen ini dinilai memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi, namun kerap menjadi kelompok yang paling rentan terhadap jebakan keuangan ilegal akibat kurangnya pemahaman finansial.

Sebagai gambaran, tingkat literasi keuangan Indonesia saat ini disebut sudah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang berada di angka 61 persen.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari badan pengawasan internal lembaga tersebut turut menyoroti fenomena konsumtif yang marak di era digital. Ia mengingatkan bahwa kemudahan akses keuangan digital, termasuk layanan paylater dan investasi berbasis aplikasi, sering kali dimanfaatkan tanpa pemahaman risiko yang memadai.

“Banyak masyarakat tergoda menggunakan layanan pinjaman online tanpa memahami konsekuensinya. Literasi keuangan yang baik diharapkan dapat menjadi benteng utama terhadap perilaku yang merugikan, seperti judi online atau penggunaan produk keuangan ilegal,” paparnya.

Kegiatan literasi semacam ini diharapkan tidak hanya menjadi agenda seremonial, tetapi mampu memicu perubahan nyata dalam pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan keuangan. Dengan target kenaikan tahunan sebesar satu persen, OJK optimistis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat Indonesia akan semakin cakap dalam mengambil keputusan finansial yang bijak dan bertanggung jawab.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x