Dorong UMKM Menuju Bisnis Inklusif untuk Ekonomi Berkelanjutan
Jumat, 6 Desember 2024 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian negara, menyumbang hampir 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi global dan tantangan sosial yang terus berkembang, penting bagi UMKM untuk mengadopsi model bisnis yang lebih inklusif, yang tidak hanya mengutamakan keuntungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Konsep bisnis inklusif ini menjadi sangat penting untuk mendukung terciptanya ekonomi berkelanjutan yang dapat mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Indonesia baru-baru ini menekankan urgensi penerapan model bisnis inklusif dalam pengembangan UMKM di Indonesia. Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama Kementerian UMKM, Henra Saragih, menyampaikan bahwa sudah saatnya bagi UMKM untuk mulai berorientasi tidak hanya pada keuntungan semata, tetapi juga memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat, terutama mereka yang berada pada lapisan terbawah dari piramida ekonomi atau *Bottom of Pyramid* (BoP).
“Praktik bisnis inklusif merupakan konsep usaha yang dapat memberikan manfaat nyata bagi BoP dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Konsep ini juga sangat diperlukan untuk mendorong pengentasan masyarakat dari kemiskinan ekstrem dan membantu mewujudkan pembangunan yang inklusif,” ujar Henra dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk *Promoting Inclusive Business in Indonesia* yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada 1 Desember 2024.
Henra menambahkan, melalui model bisnis inklusif, UMKM diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan kerusakan lingkungan. Bisnis inklusif bukan hanya soal meningkatkan keuntungan, tetapi lebih kepada menciptakan keberlanjutan ekonomi yang memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak, termasuk masyarakat yang kurang beruntung.
Di sisi lain, Deasy Nurmalasari, salah satu Tim Ahli UKM Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia masih menghadapi banyak tantangan sosial, terutama terkait ketimpangan yang semakin meningkat. Oleh karena itu, penerapan model bisnis inklusif di UMKM sangat penting untuk memberikan dampak positif yang lebih besar dalam pengentasan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial. "Banyaknya masalah yang hadir, seharusnya juga menjadi alasan yang kuat untuk mendorong pertumbuhan bisnis inklusif dan pengusaha sosial di Indonesia," ujar Deasy.
Senada dengan Deasy, Imam Fauzi, Anggota Komite Kewirausahaan dan Ekonomi Inklusif Apindo, juga menekankan pentingnya mendorong sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk menerapkan konsep bisnis inklusif. Beberapa sektor yang dinilai sangat potensial, antara lain sektor pertanian, perikanan, kesehatan, teknologi digital, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Sektor-sektor ini memiliki peluang besar untuk mendukung perkembangan bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberikan manfaat sosial yang luas.
Pengembangan UMKM menuju bisnis inklusif merupakan langkah strategis untuk mencapai perekonomian yang lebih berkelanjutan dan merata. Dengan menerapkan model bisnis inklusif, UMKM dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan, pemberdayaan sosial, dan pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, semua pihak—baik pemerintah, pelaku UMKM, maupun masyarakat—perlu bekerja sama untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang tidak hanya mengutamakan keuntungan semata, tetapi juga memberikan manfaat yang lebih luas bagi seluruh lapisan masyarakat.
***
NS/SKA