Jangan Langsung Naikkan Harga, Strategi Bijak Tips Hadapi Kenaikan Bahan Baku
Kamis, 14 November 2024 | 11:00 WIB
LINK UMKM - Sobat LinkUMKM pasti sudah merasakan dampak dari kenaikan harga bahan baku, seperti energi, bahan pangan, dan komoditas lainnya. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan karena tidak hanya memengaruhi biaya produksi, tetapi juga daya beli konsumen yang semakin menurun. Dalam situasi seperti ini, banyak pengusaha yang langsung berpikir untuk menaikkan harga jual. Padahal, ada berbagai cara yang lebih cerdas dan efisien untuk mengatasi masalah ini tanpa harus membuat konsumen lari.
- Cari Pemasok Bahan Baku Alternatif
Salah satu langkah pertama yang bisa Sobat LinkUMKM lakukan adalah mencari pemasok atau supplier bahan baku lain yang lebih terjangkau. Cari supplier yang menawarkan harga lebih murah namun tetap menyediakan bahan baku berkualitas. Misalnya, jika Sobat LinkUMKM mengelola usaha warung makan, coba untuk mencari pedagang sayur mayur, ikan, daging, ayam, atau bumbu dapur yang memberikan harga lebih bersahabat. Dengan mengganti pemasok, Sobat LinkUMKM bisa menekan biaya produksi tanpa harus mengurangi kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen.
- Gunakan Substitusi Bahan Baku
Cara lain yang bisa Sobat LinkUMKM coba adalah dengan mengganti bahan baku yang harganya melambung dengan bahan yang serupa namun lebih murah. Ini merupakan langkah efisiensi yang bisa membantu mengurangi biaya produksi. Misalnya, jika sebelumnya menggunakan gula pasir bermerek seharga Rp 15.000 per kilogram, Sobat LinkUMKM bisa menggantinya dengan gula pasir curah seharga Rp 13.000 per kilogram. Atau, jika menggunakan minyak goreng kemasan bermerek Rp 24.000 per kilogram, coba beralih ke minyak goreng curah yang lebih terjangkau, sekitar Rp 14.000 per kilogram. Penghematan ini akan membantu mengurangi pengeluaran, namun fungsi dan kualitas produk tetap terjaga.
- Perkecil Ukuran Produk
Selain mencari pemasok baru atau mengganti bahan baku, Sobat LinkUMKM juga bisa mempertimbangkan untuk memperkecil ukuran produk. Perubahan ukuran produk ini sering kali lebih diterima konsumen ketimbang kenaikan harga. Misalnya, jika sebelumnya Sobat LinkUMKM menjual bakwan atau gorengan dalam ukuran besar, kini bisa dipotong lebih kecil. Atau, jika menjual paket nasi dengan dua macam lauk seharga Rp 10.000, coba kurangi sedikit jumlah lauknya. Meskipun ukuran produk lebih kecil, konsumen biasanya lebih memilih hal ini daripada harga yang lebih tinggi.
- Ambil Keuntungan yang Lebih Sedikit
Dalam situasi seperti ini, Sobat LinkUMKM mungkin harus sedikit mengurangi margin keuntungan. Walaupun pengusaha tentu ingin mendapatkan untung besar, tetapi jika harga bahan baku terus naik, dan daya beli konsumen menurun, lebih baik menurunkan keuntungan per produk untuk menjaga harga tetap kompetitif. Misalnya, jika sebelumnya mendapatkan keuntungan Rp 5.000 per produk yang dijual seharga Rp 20.000, sekarang bisa mengurangi keuntungan menjadi Rp 3.000 per produk. Hal ini memungkinkan Sobat LinkUMKM untuk mempertahankan harga jual yang wajar dan tetap bisa menjual lebih banyak produk.
- Maksimalkan Penjualan Online
Kenaikan harga bahan baku memang menambah tantangan, tetapi Sobat LinkUMKM masih bisa menghadapinya dengan memaksimalkan penjualan online. Platform online seperti media sosial, Instagram, Facebook, dan e-commerce bisa menjadi saluran penjualan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan omzet. Penjualan online juga dapat membantu memperkenalkan bisnis Sobat LinkUMKM ke pasar yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas merek. Selain itu, penjualan online umumnya lebih hemat biaya karena Sobat LinkUMKM tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk sewa tempat atau operasional fisik.
Menjadi pengusaha itu tidak mudah, terutama ketika menghadapi tantangan seperti kenaikan harga bahan baku. Namun, Sobat LinkUMKM perlu tetap semangat dan optimis. Ingatlah bahwa setiap tantangan yang dihadapi adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dengan kemampuan beradaptasi, pengalaman, dan kreativitas, Sobat LinkUMKM bisa melewati masa-masa sulit ini dan tetap menjalankan bisnis dengan baik. Jangan cepat menyerah karena di balik setiap tantangan, ada peluang untuk menciptakan solusi yang lebih inovatif.
***
RAT/AHS