Mendulang Cuan dari Bambu: Cerita Sukses Seorang Wirausahawan Kreatif

Senin, 7 Oktober 2024 | 08:00 WIB

Mendulang Cuan dari Bambu: Cerita Sukses Seorang Wirausahawan Kreatif

LINK UMKM - Adang Muhidin, seorang pelaku UMKM asal Bandung, menunjukkan bahwa inspirasi bisa datang dari berbagai sumber. Berawal dari ide sederhana di malam hari, Adang kini telah berhasil mengubah potensi bambu menjadi beragam produk kerajinan dan makanan yang sudah dikenal hingga ke mancanegara.

Inspirasinya muncul pada tanggal 30 April 2011 saat ia berada di masjid. Saat itu, ia melihat bilah-bilah bambu di sekitar tempat ibadah yang menarik perhatiannya. Keesokan harinya, setelah melihat tayangan orkestra di televisi, muncul ide untuk menciptakan alat musik biola dari bambu, meski ia tidak memiliki latar belakang musik. Namun, keyakinannya untuk mewujudkan inspirasi itu menguat.

Adang memulai usaha dengan modal pribadi dan melalui berbagai penelitian serta percobaan tentang bambu. Ia bahkan pernah berjalan kaki ke Kota Bandung untuk mendalami lebih jauh tentang bahan tersebut. Pada tahun 2013, biola bambu pertamanya berhasil diciptakan, diikuti dengan pembuatan gitar dan bas bambu. Karyanya mulai dikenal luas, sehingga ia diundang ke berbagai festival musik, termasuk di Jakarta.

Di salah satu festival, biola bambu pertama yang ia ciptakan terjual kepada pembeli dari Jepang seharga Rp3,5 juta, sedangkan gitarnya terjual dengan harga Rp4 juta. Usaha kerajinan bambu yang dirintisnya bersama rekan, Virage Awie, kini telah menciptakan lapangan kerja bagi ratusan orang, termasuk ibu tunggal dan penyandang disabilitas.

Lebih jauh lagi, produk bambu dari Virage Awie telah berhasil menembus pasar internasional, dengan 90 persen pembeli berasal dari luar negeri seperti Jepang, India, Rumania, Jerman, Inggris, Singapura, dan Malaysia. Alat musik bambu mereka kini dijual dengan harga mencapai Rp25 juta untuk gitar dan hingga Rp50 juta untuk drum bambu.

Perjalanan sukses Adang dan Virage Awie semakin berkembang berkat dukungan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Melalui program Klasterku Hidupku, BRI memberikan pembinaan kepada Virage Awie sebagai salah satu klaster usaha. Dengan bantuan BRI, mereka berhasil mendapatkan hak kekayaan intelektual (HAKI) untuk alat musik yang diciptakan.

BRI juga mendukung pendanaan usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta menyediakan alat produksi yang meningkatkan kapasitas dan kualitas produk. Kerajinan bambu Virage Awie kini meliputi berbagai jenis produk seperti jam tangan, alat makan, wadah minum, speaker bambu, dan produk konstruksi. Selain itu, Virage Awie juga berfungsi sebagai akademi pemberdayaan masyarakat yang melatih kelompok usaha, termasuk kelompok wanita kreatif dan penyandang disabilitas.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menjelaskan bahwa pemberdayaan klaster usaha menjadi fokus utama BRI dalam mendukung pengembangan UMKM. Hingga akhir Juli 2024, tercatat 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. Program ini juga menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pelaku usaha, dengan 2.184 pelatihan telah diselenggarakan sejauh ini. Supari menambahkan bahwa strategi pemberdayaan ini menempatkan keberlanjutan di depan pembiayaan, dengan kerangka pemberdayaan yang meliputi fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.

Dengan berbagai dukungan yang diterima, Adang berharap usahanya dapat terus tumbuh dan memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat. Ia berharap Virage Awie bisa membantu lebih banyak orang dan memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat luar.

***

RAT/AHS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x