Kembang Goyang Sri Mulyati: Perpaduan Cita Rasa dan Pelestarian Budaya

Selasa, 9 April 2024 | 08:00 WIB

Ilusutrasi Kembang Goyang Sri Mulyati (Kumparan.com)

LINK UMKM - Sri Mulyati, seorang wanita asli Betawi, prihatin melihat makanan tradisional Betawi yang semakin langka. Keresahan ini mendorongnya untuk membuka usaha kembang goyang.

Dilansir dari Kumparan.com, Perjalanannya dimulai pada tahun 2012, saat ia bergabung dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang terdiri dari 10 orang. Mereka mendapatkan bantuan modal senilai Rp 20 juta dari Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta, yang kemudian dibagikan kepada masing-masing anggota senilai Rp 2 juta.

Sri Mulyati memanfaatkan bantuan tersebut untuk membeli peralatan dan memulai produksi kembang goyang. Ia tidak hanya membuat kembang goyang original, tetapi juga berinovasi dengan berbagai variasi rasa, seperti kacang, teri, dan cokelat.

Sri Mulyati meracik resepnya sendiri di dapur rumahnya. Berkat kerja kerasnya, kembang goyang yang diproduksinya langsung diserbu pembeli dan diminati banyak orang. Kini, jangkauan pasarnya telah meluas hingga ke seluruh Jabodetabek dan bahkan merambah ke berbagai daerah di Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, Sri Mulyati memutuskan untuk meningkatkan modal dan memperbaiki tempat produksinya. Pada tahun 2020, ia mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp 20 juta. Kemudian, Pada tahun 2023, Sri Mulyati kembali mengajukan KUR senilai Rp 30 juta untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

Dukungan BRI tidak hanya dalam bentuk kredit, Sri Mulyati juga sering diikutsertakan dalam pameran yang diadakan BRI. Produknya pun rutin dipasarkan melalui Localoka, program BRI yang membantu pemasaran produk UMKM binaan. Berkat upaya tersebut, permintaan kembang goyang Sri Mulyati terus meningkat. Saat ini, ia mampu memproduksi 50-100 bungkus per hari, dengan harga Rp 25.000 per bungkus.

Pada momen Ramadan dan menjelang Lebaran, permintaan biasanya melonjak drastis. Pendapatannya pun meningkat signifikan, mencapai Rp 30 juta per bulan di momen Ramadan dan Lebaran.

Meskipun usahanya sudah berjalan dengan baik, Sri Mulyati masih berhati-hati dalam merambah pasar online. Ia khawatir belum mampu memenuhi permintaan yang besar, mengingat proses produksinya yang masih manual.

Sri Mulyati memiliki mimpi besar untuk usahanya. Ia bercita-cita memiliki outlet yang menjual berbagai makanan khas Betawi, seperti kembang goyang, roti buaya, dodol, geplak, wajik, dan uli. Ia yakin bahwa Jakarta, sebagai kota bisnis, membutuhkan tempat yang menyediakan berbagai makanan khas Betawi.

***

FF/NAH

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x