Yuli Astuti: Membangkitkan Kembali Kebesaran Batik Kudus

Jumat, 8 Maret 2024 | 08:00 WIB

Ilustrasi Yuli Astuti, Founder Muria Batik Kudus, Bersama produk batiknya di event INACRAFT 2024 (Kompas.com)

LINK UMKM -  Yuli Astuti (40), pemilik Muria Batik Kudus, dapat disebut sebagai sosok yang sangat berperan dalam menjaga kelestarian batik Kudus. Pada tahun 1930-an, batik Kudus mencapai puncak kejayaannya dengan banyak pengusaha dan koperasi batik Indonesia di Kudus. Namun, pada tahun 1970-an, keberadaan batik Kudus mulai memudar karena kurangnya minat generasi penerus.

Dilansir dari Kompas.com, ketertarikan Yuli terhadap batik muncul dari keprihatinannya akan kurangnya generasi yang mewarisi tradisi batik Kudus. Pada tahun 2005, Yuli menemukan seseorang yang masih membatik dan memutuskan untuk belajar darinya, termasuk mempelajari motif-motif batik Kudus seperti motif Kapal Kandas yang terkenal. Melalui penelusuran yang teliti, Yuli menemukan bahwa motif tersebut terinspirasi dari kapal Dampo Awang yang kandas di Gunung Muria. 

Dengan tekad yang kuat, Yuli memulai usaha batik dengan nama Muria Batik Kudus meskipun modal awalnya terbatas dan tidak didukung oleh orangtua. Dia bahkan harus menjual baju selain batik untuk mendapatkan modal usaha. Yuli rajin mempelajari berbagai aspek tentang batik dari motif, pewarnaan, hingga desain, dengan sering melakukan perjalanan ke berbagai kota seperti Solo, Jogja, dan Pekalongan.

Meskipun mengalami tantangan dan hampir menyerah pada suatu waktu, Yuli tetap gigih dalam menjalankan usahanya. Dia bahkan mendirikan kelompok pemberdayaan perempuan untuk melatih ibu-ibu dalam membatik, meskipun awalnya merasa tidak melihat kemajuan yang signifikan dari pelatihan tersebut.

Muria Batik Kudus memproduksi berbagai jenis batik seperti batik tulis, batik cap, dan kombinasi antara keduanya. Proses pembuatan batik tulis memakan waktu paling lama, sementara batik cap bisa selesai dalam waktu lebih singkat. Harganya bervariasi tergantung pada proses pembuatan, motif, dan desainnya.

Yuli juga menghadapi tantangan persaingan dari batik printing yang lebih terjangkau harganya dan cepat dalam proses pembuatannya. Namun, Yuli tetap berusaha untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai dan proses pembuatan batik tulis agar lebih dihargai.

Upaya Yuli dalam melestarikan batik tulis termasuk melakukan edukasi di media sosial dan memberikan pelatihan di berbagai daerah di Indonesia. Usahanya pun mendapatkan dukungan dari Pertamina dan akhirnya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2009. Sejak itu, usahanya juga menjadi binaan Pertamina yang memberikan berbagai bantuan dan kesempatan untuk memamerkan batik Kudus di berbagai tempat, termasuk di luar negeri.

***

FF/NKS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x