Rahasia di Balik Keindahan Ecoprint
Jumat, 8 Maret 2024 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Ecoprint adalah teknik cetak pada media alam menggunakan daun dan bunga. Teknik ini sedang naik daun dan membuka peluang bisnis baru yang menarik. Beragam ide kreatif bisa diolah dengan ecoprint, mulai dari tas, dompet, hingga baju. Keunikan dan ciri khas ecoprint terletak pada motifnya yang berbeda-beda, mengikuti serat alami tumbuhan. Namun, menjalankan bisnis ecoprint tidak mudah. Ardi Lada, pemilik Wrekso Leather Goods, menceritakan kisahnya dalam memproduksi tas, dompet, dan kain kulit dengan teknik ecoprint melalui Kompas.com.
Saat menggunakan teknik ecoprint, jangan kaget jika warna daun yang awalnya hijau berubah menjadi warna lain. Hal ini wajar terjadi karena kandungan tanin dalam daun.
"Tanin adalah zat warna pada tumbuhan," jelas Ardi. "Daun dengan kadar tanin tinggi, seperti daun jati dan daun kemang, akan menghasilkan warna yang lebih kuat." Untuk mengeluarkan tanin, daun perlu dipanaskan dengan cara direbus atau di-steam. Kemudian, daun ditempelkan pada media dan ditekan atau digulung.
"Tekanan dan panas membantu mengeluarkan tanin dari daun," lanjut Ardi. "Seiring waktu, warna daun akan muncul pada media." Meskipun warnanya mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi, jangan kecewa. Justru perubahan warna ini yang membuat ecoprint unik dan menarik.
Terdapat beberapa tantangan dalam membuat produk ecoprint, salah satunya adalah keterbatasan bahan baku. Daun dan bunga sebagai bahan baku utama ecoprint memiliki waktu mekar yang berbeda-beda dan tidak selalu tersedia setiap waktu. Lokasi tumbuhan juga menjadi faktor utama. Terkadang ada tumbuhan banyak ditemukan di beberapa daerah saja. Ardi mengungkapkan bahwa musim dan lokasi berpengaruh dengan hasil akhir ecoprint. Namun, Sobat LinkUMKM tetap bisa membuat produk ecoprint dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Dengan begitu Sobat LinkUMKM tidak perlu membeli daun dan bunga dari luar daerah.
Membuat ecoprint memang membutuhkan proses bertahap yang memakan waktu. Dimulai dari mencari bahan baku, menakar komposisi, memasak dan memanaskan, menunggu kering, hingga proses pembuatan produk. Meskipun banyak langkah, prosesnya menyenangkan dan bebas berkreasi. Ardi, seorang ecoprinter, membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk membuat kulit ecoprint. "Prosesnya dimulai dengan mencari daun dan menyusun komposisi di atas kulit, kemudian dimasak seharian, dan ditunggu hingga kering," jelas Ardi.
Itu dia kisah inspiratif Ardi dalam mengaplikasikan ecoprint pada produk kulitnya. Sobat LinkUMKM, tertarik untuk mencoba teknik ecoprint dan menciptakan karya sendiri?
***
FF/NAH