Memperhitungkan Tantangan dalam Memulai Usaha di Pinggir Jalan
Sabtu, 9 Maret 2024 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Pilihan untuk membuka usaha sendiri seringkali menjadi alternatif menarik bagi individu yang memiliki semangat wirausaha. Namun, tidak jarang modal yang tersedia tidak mencukupi untuk menyewa tempat usaha yang sesuai. Inilah yang mendorong banyak orang untuk memilih membuka usaha di pinggir jalan. Meski demikian, langkah ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Persiapan yang matang dan pemahaman akan risiko yang terkait dengan membuka usaha di area tersebut sangatlah penting. Mengetahui risiko-risiko ini dapat memberikan pandangan yang lebih jelas bagi para calon pengusaha sebelum memulai usaha mereka.
Beberapa risiko harus dipertimbangkan dengan serius sebelum memutuskan untuk membuka usaha di pinggir jalan. Dilansir dari Kompas.com, risiko-risiko tersebut antara lain:
1. Pungutan Liar yang Melimpah
Salah satu risiko utama yang sulit dihindari adalah praktik pungutan liar. Bagi para pedagang, pungutan liar merupakan ancaman yang mengganggu. Meskipun ada sanksi hukum yang mengatur hal ini, masih banyak pedagang yang enggan melaporkan kasus tersebut karena takut akan gangguan lebih lanjut terhadap usaha mereka. Kelompok-kelompok tertentu seringkali menjadi pelaku utama dalam praktik pungutan liar ini. Selain itu, ada juga kemungkinan pungutan liar dilakukan oleh oknum petugas yang bertugas di sekitar area usaha.
2. Risiko Pencurian dan Kerusakan Barang
Para pemilik usaha di pinggir jalan juga harus siap menghadapi risiko pencurian dan kerusakan barang dagangan. Faktor-faktor seperti kondisi cuaca dan lokasi yang ramai dapat meningkatkan risiko terjadinya pencurian atau kerusakan barang dagangan. Lapak-lapak usaha yang semi-terbuka menjadi sasaran yang rentan bagi pelaku kejahatan. Oleh karena itu, kehati-hatian ekstra dalam menjaga lingkungan sekitar tempat usaha sangatlah penting.
3. Rentannya Usaha Terhadap Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca menjadi faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan usaha di pinggir jalan. Cuaca buruk seperti hujan dapat mengurangi minat pembeli untuk datang ke tempat usaha. Hal ini dapat menyebabkan penurunan omset yang signifikan bagi para pengusaha. Oleh karena itu, penting untuk memiliki rencana cadangan yang matang untuk mengatasi dampak buruk dari perubahan cuaca.
4. Durasi Usaha yang Terbatas
Usaha di pinggir jalan cenderung memiliki durasi operasional yang terbatas dibandingkan dengan usaha yang memiliki tempat tetap. Terbatasnya waktu operasional ini dapat memengaruhi omset penjualan secara signifikan, terutama jika ada batasan waktu operasional yang diberlakukan oleh pemerintah setempat. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi para calon pengusaha sebelum memutuskan untuk membuka usaha di pinggir jalan.
5. Masalah Perizinan yang Tidak Memadai
Banyak usaha di pinggir jalan beroperasi tanpa izin resmi, yang membuatnya rentan terhadap penertiban atau penggusuran oleh pihak berwenang. Selain itu, tanpa izin usaha yang sah, sulit bagi para pengusaha untuk mendapatkan dukungan keuangan dari lembaga keuangan seperti bank. Oleh karena itu, proses perizinan yang memadai menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum memulai usaha di pinggir jalan.
Menghadapi risiko-risiko ini bukanlah hal yang mudah, namun dengan pemahaman yang baik dan persiapan yang matang, pengusaha dapat mengurangi dampak negatif dari risiko-risiko tersebut. Hal ini akan membantu mereka untuk memulai dan menjalankan usaha di pinggir jalan dengan lebih baik dan lebih berkelanjutan.
***
FF-SKA