4 Langkah Membangun Bisnis Barang Vintage
Senin, 25 Desember 2023 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Barang-barang vintage selalu memikat hati dan memiliki basis penggemar yang khusus. Sebagai cara untuk menghidupkan kembali kenangan masa lalu, Helmi Suana Permanahadi (42) menciptakan radio dari kayu dengan desain bergaya vintage. Usahanya yang dimulai sejak tahun 2018 ini diberi nama Sound of Art. Helmi, yang akrab disapa dengan nama tersebut, berkomentar “Saya memang hobi kayu. Untuk itu, saya berusaha menggabungkan antara seni, desain, dan musik elektronika,” pada pameran Brilianpreneur 2023 di Jakarta Convention Center (JCC) beberapa waktu yang lalu.
Dilansir dari Kompas.com, Helmi membagikan 4 tips bagi kamu yang ingin membangun usaha produk vintage atau produk berbahan dasar kayu
1. Melihat Potensi Sekitar
Helmi melihat potensi limbah kayu jati di sekitarnya untuk memulai usahanya dalam menciptakan radio dengan sentuhan klasik. Ia mulai membuat prototipe pada tahun 2016 dan meluncurkan produk pertamanya pada tahun 2018.
Kemampuan mengidentifikasi sumber daya yang ada di lingkungan tempat tinggal penting bagi seorang pengusaha kerajinan tangan. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang unik dan menarik, sehingga dapat menghasilkan keuntungan.
2. Modal
Untuk memulai usaha, diperlukan modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional. Besarnya modal yang dibutuhkan akan bergantung pada skala usaha yang diinginkan dan kemampuan finansial yang dimiliki.
Helmi memulai usahanya dengan modal awal antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku limbah kayu jati untuk membuat prototipe dan alat-alat sederhana yang dibutuhkan.
3. Tekun dan Fokus
Setelah produk diluncurkan, pelaku usaha perlu memastikan kelangsungan produksi. Untuk menjaga agar bisnis tetap berjalan, dibutuhkan ketekunan dan fokus dalam menjalankan usaha. Selain itu, penting juga untuk membedakan antara hobi dan bisnis.
Kesalahan umum yang dilakukan pengrajin adalah hanya memproduksi dua hingga tiga produk dalam seminggu. Jika demikian, maka pengrajin tersebut belum berbisnis, melainkan hanya menjalankan hobi.
Dalam bisnis, perlu ada target yang jelas, seperti harga pokok produksi (HPP). Helmi ingin menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, tidak hanya memproduksi radio, tetapi juga desain lain yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
4. Rajin Ikut Pameran
Produk kerajinan umumnya memiliki keunikan tersendiri, terutama jika produk yang dibuat merupakan inovasi baru di Indonesia. Keunikan ini kadang membuat beberapa pelaku usaha kerajinan menghadapi kesulitan dalam mencari dan menciptakan pasar untuk produk inovatif mereka.
Menurut Helmi, salah satu strategi agar produk dapat dikenal oleh masyarakat luas adalah dengan secara rutin berpartisipasi dalam pameran. Melalui kehadiran di pameran, pelaku usaha dapat tidak hanya memamerkan produknya tetapi juga melihat langsung respons pasar terhadap karya-karya yang ditawarkan. Ini dapat membantu dalam peningkatan eksposur dan pemahaman lebih baik tentang preferensi konsumen.
“Saya sulit memperkenalkan produk. Oleh karena itu, saya coba ikut pameran untuk mencari tahu juga produk yang saya buat diminati oleh kalangan apa saja dan sejauh mana produk saya bisa diterima oleh masyarakat,” jelas Helmi.
"Buat teman-teman yang sedang berjuang, berpikirlah sederhana, keluarkan semua dari hati. Hal ini karena, karya terlahir dari mimpi dan usaha untuk membuat perubahan," tutup Helmi.
***
LMP/NAH