Kisah Influencer Rico Huang dari Bangkrut hingga Sukses sebagai Pebisnis Muda

Selasa, 20 Juni 2023 | 08:00 WIB

Ilustrasi Seorang Influencer (freepik.com/azerbaijan_stockers)

LINK UMKM - Rico Huang, seorang pengusaha muda dan CEO PT Alona Indonesia Raya, tidak selalu menjadi pebisnis sukses. Pada awalnya, Rico mengalami musibah saat masih bersekolah di sekolah dasar. Namun, kejadian tersebut mendorong Rico untuk memperbaiki keuangan keluarganya dengan membantu orang tuanya berdagang jam tangan selama 3 tahun. Ketika dia beranjak menjadi siswa SMP, dengan modal uang jajan dan angpao, Rico memulai bisnis pertamanya dengan menjual aksesoris HP. Namun, bisnis tersebut akhirnya bangkrut karena tidak mampu bersaing dalam perang harga.

"Dari situlah muncul jiwa entrepreneur dalam diri saya. Selagi masih muda, kita habiskan jatah gagal supaya jatah sukses datang lebih cepat," ujar Rico dalam siaran pers.

Menurut Rico, mengalami kegagalan berkali-kali adalah hal yang biasa baginya. Dari situ, dia mulai menjalankan bisnis casing HP custom yang sedang populer saat itu. Banyak orang ingin membeli casing HP dengan desain sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Dari peluang bisnis casing ponsel custom, Rico kemudian merambah ke bisnis custom kaos, topi, mug, dan jaket. Lambat laun, dia mulai membangun platform jualan online, Dropshipaja.com. Selain bisnis produk, Rico juga terjun ke bisnis perangkat lunak dan sekolah pemasaran internet. Sekolah pemasaran internet yang ia dirikan menjadi salah satu sekolah pemasaran internet terbesar di Indonesia.

Bisnis yang dijalankannya berhasil membuat Rico membeli mobil pertamanya, sebuah Mercedes-Benz, pada usia 21 tahun. Tiga tahun kemudian, ketika usianya mencapai 24 tahun, dia mampu membeli Ferrari California.

Tidak puas dengan kesuksesan tersebut, Rico terus mengembangkan bisnisnya. Saat ini, ia memperluas usahanya ke bidang percetakan dengan membeli mesin photobox senilai Rp 10 miliar. Harga mesin tersebut empat kali lipat lebih mahal daripada mobil Ferrari yang pernah dia beli. Bahkan, biaya pemeliharaan mesin tersebut mencapai Rp 30 juta per bulan, di luar depresiasi.

Rico Huang mengungkapkan bahwa inspirasinya untuk terjun ke bisnis percetakan datang setelah melihat adanya bisnis percetakan di Eropa yang memiliki omzet Rp 120 triliun. Selain itu, pasar di Indonesia sangat potensial mengingat minat masyarakat yang tinggi terhadap selfie.

"Saya berani membeli mesin printing ini untuk membuka peluang usaha bisnis baru di Indonesia. Apalagi belum ada pesaing yang masuk dalam bisnis ini," ungkap Rico.

Data dari We Are Social menunjukkan bahwa 60 persen penduduk Indonesia menggunakan ponsel dan memiliki ribuan foto digital. Selain itu, variasi foto digital beragam, mulai dari dekorasi wallpaper kantor, foto pernikahan, hadiah untuk orang terkasih, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut data dari Printed Photo Product USA, 68 persen orang menggunakan foto sebagai hadiah atau konsumsi pribadi.

"Dengan banyaknya data dan nilai pasar yang tinggi, photobook menjadi salah satu variasi produk printing foto yang sangat menjanjikan dalam bisnis kreatif," ujar Rico.

***

GN/WS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x