Rekor Suhu Terpanas Bisa Dipecahkan Tahun Ini Penjelasan Dari Para Ahli

Sabtu, 15 April 2023 | 08:00 WIB

Ilustrasi Gambar Suhu Panas. (Kumparan.com)

LINK UMKM -  Pada tahun 2023, ada kemungkinan rekor dunia untuk suhu terhangat akan terlampaui. El Nino yang diprediksi terjadi tahun ini menjadi penyebabnya.

“Oleh karenanya, bisa jadi ada rekor baru yang terjadi pada 2023 atau 2024,” ujar Fisikawan Iklim, Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Helge Goessling seperti dikutip dari Financial Times.

“Sebagian besar wilayah Asia Tenggara, India, China, Australia dan Utara serta Selatan Amerika… mungkin terdampak El Nino, dengan tren menuju gelombang panas dan peningkatan pencairan gletser,” tambahnya.

Carlo Buontempo, seorang ilmuwan dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus dari Uni Eropa, sependapat dengan pernyataan Helga. Namun, dia mengakui bahwa dia tidak dapat meramalkan kedatangan El Nino.

“Apakah ini akan terjadi pada tahun 2023 atau 2024 belum diketahui, tetapi, menurut saya, lebih mungkin terjadi daripada tidak,” ujar beliau.

Di benua Asia, sejumlah negara mengalami kenaikan suhu secara mendadak pada bulan April ini. Sementara di India 44,5 derajat dan China 41,9 derajat, suhu di Myanmar bisa mencapai 45 derajat.

Rekor suhu bahkan telah dipecahkan di Laos dan Thailand. Selain itu, gelombang panas di Mumbai, India, dikatakan telah menyebabkan kematian sedikitnya 13 orang.

Maximilliano Herrera, seorang sejarawan cuaca, menyatakan bahwa kenaikan suhu adalah “gelombang panas bulan April terburuk di Asia”, mencatat bahwa panas juga mempengaruhi Amerika Selatan dan bahwa Jepang memiliki “panas yang luar biasa”.

El Nino dikatakan terjadi ketika suhu permukaan laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah menghangat di atas kondisi normal, menurut informasi yang diambil dari situs Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat.

Curah hujan di wilayah Indonesia akan berkurang karena kemungkinan terbentuknya awan akibat pemanasan Samudera Pasifik bagian tengah ini.

“Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum,” demikian keterangan BMKG NTB.

Fenomena La Nina, sementara itu, adalah kebalikan dari El Nino. Itu terjadi ketika, dalam keadaan biasa, SML di tengah Samudra Pasifik mendingin.

Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

***

GN/WW

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x