Mengolah Sampah Plastik Jadi Bahan Bangunan
Kamis, 1 Desember 2022 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Sampah plastik adalah masalah global yang sangat mencolok mata. Dari pegunungan tertinggi hingga palung laut terdalam, limbah plastik sepertinya tak terhindarkan lagi. Adanya keterbatasan lahan yang dapat dipergunakan sebagai TPA karena semakin sulitnya memperoleh ruang yang pantas dan jaraknya semakin jauh dari pusat kota, serta diperlukannya dana yang besar untuk pembebasan lahan TPA, merupakan faktor eksternal yang turut mempengaruhi permasalahan persampahan tersebut. Kondisi diatas mendorong upaya pengelolaan sampah yang lebih baik dan sebanyak mungkin dapat mendayagunakan kembali sampah.
Dalam kondisi alami, plastik hampir tidak bisa dihancurkan, namun seluruh dunia menggunakannya dalam skala besar. Sekitar 359 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya. Alam tidak dapat menangani pembuangan plastik dengan kecepatan yang cukup untuk mencegah bahaya bagi makhluk hidup.
Menurut Jambeck (2015) dalam National Plastic Waste Reduction Strategic Actions for Indonesia, Indonesia melepaskan sekitar 3,22 juta metrik ton sampah plastik ke lautan setiap tahunnya, menjadikannya kontributor pencemaran plastik lautan kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok. Volume plastik di Indonesia tumbuh pada laju yang tidak berkelanjutan dan konsumsinya diperkirakan akan meningkat 200 persen dari tahun 2017 hingga 2040. Sebagai negara yang memiliki keragaman lautan terkaya di dunia dan memasok 10 persen dari komoditas hasil laut dunia (UNDP, 2016), usaha dan tanggung jawab Indonesia untuk melindungi alam bawah laut sangat tidak memadai.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum, 2020) menyatakan bahwa dalang terbesar pencemaran plastik Indonesia adalah keterbatasan kemampuan untuk mengelola dan mengolah sampah dalam negeri. Sebagian besar limbah plastik domestik yang dihasilkan tidak terpilah sehingga bercampur dengan limbah lainnya, sedangkan 78 persen plastik yang tidak dipungut dibakar, 12 persen dilepaskan ke badan air, dan 10 persen sisanya dibuang sembarangan sehingga berpotensi untuk mencemari daratan maupun badan air.
Metode pengelolaan sampah dengan ditimbun dan dibakar sangat berbahaya bagi lingkungan karena selain berisiko melepaskan gas beracun ke atmosfer, pembuangan limbah plastik ke badan air dapat menyumbat saluran pembuangan atau terurai menjadi mikroplastik yang meracuni hewan akuatik. Tempat penampungan sampah plastik yang melebihi kapasitas mengakibatkan kebocoran sampah yang belum dipilah ke dalam badan air, dan setelah sekian lama menyisakan limbah plastik yang butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai.
Keterbatasan pengelolaan dan pengolahan ini menunjukkan potensi dan ruang besar untuk memperbaiki industri pendaurulangan plastik di Indonesia sehingga mampu mengurangi pencemaran plastik daratan dan laut. Selain untuk mengurangi pencemaran, pengolahan plastik berpeluang menambah nilai jual, terutama pada jenis sampah plastik seperti PP (Polypropylene), HDPE (High-Density Polyethylene), dan PET (Polyethylene Terephthalate).
Sifat plastik yang serbaguna dan aerodinamis menjadikannya cocok untuk digunakan dalam berbagai bidang pembangunan, terutama dalam bidang konstruksi yang terkenal menghasilkan jejak karbon yang tinggi. Sebuah penelitian dari MIT menemukan bahwa limbah plastik dapat dimanfaatkan sebagai agregat ramah lingkungan dan ringan yang dapat mengembangkan karakteristik mekanik semen agar lebih berkualitas dan terjangkau.
Pencampuran limbah plastik dengan produk sampingan industri lainnya seperti silica fume dan fly ash serta kalsium hidroksida akan memperpadat matriks, memperkuat dan mengurangi porositas semen. Penemuan ini menyatakan bahwa serpihan plastik PET yang dipaparkan terhadap radiasi sinar gamma akan memperkuat struktur kimia polimer. PET yang sudah difortifikasi lalu dijadikan bubuk dan dicampurkan bersama fly ash ke dalam semen untuk menghasilkan semen yang 15 persen lebih kuat daripada semen konvensional. Penelitian untuk teknologi ini sudah mulai diperluas juga dalam pembuatan pipa, batu bata dan penyokong bangunan.
***
GN/FF