Usaha Tanaman Hortikultura Menjanjikan untuk UMKM
Kamis, 27 Oktober 2022 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang potensial dan didorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional serta meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia sektor hortikultura pada kuartal I dan II tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,01% dan 1,84%. Hal ini mengindikasikan kontribusi sub sektor hortikultura yang sangat baik dalam struktur PDB Nasional.
Pengembangan Hortikultura berorientasi ekspor merupakan salah satu program prioritas yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas, dan kontinuitas produk hortikultura. Program tersebut dilakukan melalui pengembangan kawasan sentra produksi komoditas unggulan daerah yang diarahkan untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor melalui kerjasama kemitraan antara petani dan pelaku usaha.
Meningkatkan daya saing hortikultura sangat nyata dalam memajukan pertanian Indonesia. Peningkatkan daya saing dapat dicapai melalui peningkatan produksi, produktivitas, akses pasar, sistem pertanian modern yang ramah lingkungan, serta kesejahteraan petani.
Setidaknya ada 4 hal yang melatarbelakangi kebijakan penumbuhan UMKM hortikultura yaitu produk hortikultura yang mudah dan rusak, produksi musiman, kebutuhan untuk meningkatkan daya saing, serta memenuhi kebutuhan domestik dan impor. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan hasil produksi untuk meningkatkan nilai tambah di bawah naungan UMKM hortikultura dan Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura siap memfasilitasi dari hulu ke hilir.
Untuk menjadi UMKM hortikultura ada 3 syarat yang perlu dipenuhi, yakni berada pada daerah surplus, kelompok tani setempat kreatif dan bersemangat untuk maju, serta adanya dukungan dari pemerintah daerah dan instansi dari sektor selain pertanian.
Cabai adalah salah satu produk hortikultura yang paling penting untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengolahan oleh UMKM. Hal ini dikarenakan cabai menduduki posisi penting dalam menu pangan di Indonesia. Selain itu cabai mudah rusak dan harganya fluktuatif, terutama karena kondisi iklim, sehingga dapat mempengaruhi inflasi.
Teknologi pascapanen yang digunakan untuk mengolah cabai dapat meningkatkan daya saing, mempertahankan kualitas cabai, pembekuan menghasilkan produk puree atau pasta cabai, pengolahan menghasilkan saus dan minyak cabai, sementara pengasaman menghasilkan produk acar cabai.
Peningkatan daya saing produk hortikultura tidak berhenti di pengolahan saja. Produk hasil olahan juga perlu untuk dikemas dengan baik dan menarik agar meningkatkan nilai tambah dan penjualan produk. Kemasan satu produk olahan dengan produk olahan lainnya pastilah berbeda, tergantung dari karakteristik produk itu sendiri. Sebagai contoh, produk olahan keripik sebaiknya dikemas dalam kantong standing pouch atau seal T yang terbuat dari bahan metalize atau aluminium dan diberikan udara agar tidak mudah remuk. Sementara itu produk olahan bubuk dapat dikemas dalam botol atau toples agar tidak mudah tercecer.
Salah satu yang tidak dapat dipisahkan dari kemasan adalah label. Label harus memberikan keterangan mengenai produk pangan yang dikemas sebagai informasi kepada calon pembeli.
***
GN/FF