Budidaya Cacing Tanah, Solusi Alternatif Bisnis Rumahan
Selasa, 11 Oktober 2022 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Budidaya cacing tanah (lumbricus rubellus) mungkin masih asing di telinga banyak orang. Cacing tanah bukan jenis binatang yang populer dibudidayakan, bahkan banyak orang masih bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan pembudidayaan hewan ini. Selain karena bentuknya yang bagi sebagian orang menggelikan, cacing tanah juga tidak seperti hewan ternak lainnya yang secara kasat mata memiliki bagian atau organ tubuh yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai produk lainnya. Namun, cacing tanah ternyata dicari-cari oleh banyak orang bahkan perusahaan tertentu dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan manfaat dari cacing tanah yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit berikut:
- Obat diare
- Melancarkan sirkulasi darah
- Menambah stamina
- Penyembuh tifus
- Menenangkan syaraf
Cacing tanah atau yang dikenal dengan nama latinnya lumbricus rubellus ini umumnya memiliki bentuk tubuh yang lembek dengan corak warna tubuh merah kecoklatan. Cacing tanah tidak memiliki kaki maupun mata sehingga cacing tanah mengandalkan indra penciumannya. Cacing tanah termasuk ke dalam golongan hewan invertebrata yang memiliki sifat hermaprodit yang artinya memiliki kelamin ganda. Namun, untuk dapat berkembangn biak cacing tanah tetap membutuhkan cacingan tanah lainnya agar dapat melakukan pembuahan. Dibandingkan jenis cacing lainnya, cacing tanah memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak berbau, dapat berkembnag biak dengan cepat, mudah beradaptasi, dan memiliki ketahanan hidup yang tinggi.
Selain kegunaannya dalam menyembuhkan berbagai penyakit, cacing tanah juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Permintaan terhadap cacing tanah juga tinggi, selain sebagai pakan ternak, cacing tanah juga dapat diolah menjadi berbagai komoditi lainnya. Permintaan yang tinggi ini menyebabkan harga cacing tanah cukup stabil dengan kisaran harga Rp25.000,00-Rp30.000,00 per kilonya. Negara-negara seperti China dan Korea banyak mengimpor cacing tanah untuk kebutuhan pembuatan kosmetik. Harga cacing tanah pun meningkat khususnya di musim kemarau membuat cacing tanah kini tidak hanya diperjualbelikan dalam keadaan basah, tetapi juga dalam kondisi kering. Resiko kerugian akibat pengiriman cacing tanah secara basah pada musim kemarau membuat banyak peternak memilih untuk mengemas cacing tanah dalam keadaan kering.
Pembudidayaan cacing tanah pun terbilang tidak terlalu susah, dimulai dari mempersiapkan media ternak, kemudian mempersiapkan bibit lalu perawatan hingga akhirnya panen. Pemula yang ingin mulai membudidayakan cacing tanah dapat menyiapkan media budidaya yang terbuat dari wadah plastik yang dibeli alas karung goni atau terpal. Masukan tanah humus atau tanah organik serta boleh ditambahkan nutrisi berupa pupuk ke media tanah. Jika media tanah sudah siap, sediakan bibit cacing tanah yang akan dibudidayakan. Di Indonesia ada tiga jenis bibit cacing tanah unggulan, yaitu perionyx, pheretima, dan lumbricus, untuk pemberian pakannya dapat berupa campuran kotoran hewan ternak seperti sapi dan limbah sayur seperti tahu, sawi, kol, dan lainnya. Bahan dasar pakan dihancurkan menjadi bubur dengan perbandingan 60%:40%, dan diberikan 1-2 kali seminggu dengan setiap porsinya sebanyak 250ml. Setelah cacing tanah memasuki usia 3 sampai 6 bulan cacing tanah siap dipanen.
***
GN/EBE