Inflasi Semakin Meningkat, IMF Sebut Akan Turunkan Proyeksi Ekonomi Global

Senin, 18 Juli 2022 | 15:07 WIB

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva saat bersama Menteri BUMN Erick Thohir serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di pusat perbelanjaan Sarinah Jakarta.-(Ist)

LINK UMKM - International Monetary Fund (IMF) berencana untuk melakukan revisi ulang dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam kurun waktu dua pekan ke depan.

Pasalanya, dilakukannya revisi ulang tersebut akibat inflasi yang semakin meningkat dan harga komoditas tetap tinggi.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menjelaskan, pihaknya sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dua kali sepanjang tahun ini. Awalnya, proyeksi IMF soal pertumbuhan ekonomi global 2022 ada di angka 4,9 persen, tetapi kemudian diervisi menjadi 4,4 persen, dan pada April 2022 turun lagi menjadi 3,6 persen.

"Sejak awal tahun ini, kami sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dua kali, dan kami akan menurunkannya sekali lagi dalam dua pekan," kata Georgieva saat bersama Menteri BUMN Erick Thohir serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di pusat perbelanjaan Sarinah Jakarta.

Sambung Georgieva, bahwa alasan pertama adalah besarnya dampak dari gangguan supply chain tahun ini.

Dengan hambatan utama karena pandemi Covid-19 seperti yang ada di China, lalu terpengaruh konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, sehingga menyebabkan inflasi.

Kedua, perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan tekanan yang tinggi terhadap harga komoditas. Dengan satu sisi, hal itu memang menguntungkan negara eksportir seperti Indonesia, tetapi menurut Georgieva hal itu memberi beban bagi banyak negara, termasuk kepada Indonesia sendiri karena tekanan inflasi.

Ketiga, kenaikan inflasi menyebabkan bank sentral memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga. Tingginya pinjaman selama Covid-19 untuk kepentingan pemulihan bisa menimbulkan tekanan ketika suku bunga terus menanjak.

"Bagi negara dengan tingkat utang yang tinggi, terutama dalam denominasi dolar, naiknya nilai tukar dolar akan mendorong mereka ke kondisi default," pungkasnya. ***

DRA RR ENDANG DEWI PUDJOWATI

19 Juli 2022 | 18:00:00 WIB 2 tahun lalu

Hayo rupiah...kamu bisa dan kamu kuat

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x