Holding UMi Bebaskan Pelaku Usaha Mikro dari Rentenir
Selasa, 5 Juli 2022 | 08:14 WIB
LINK UMKM - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI Sunarso mengungkapkan masih ada 5 juta usaha mikro di Indonesia yang masih meminjam uang ke rentenir.
"Masih ada 5 juta (usaha mikro) yang dilayani rentenir dengan bunga tinggi, ada 7 juta yang larinya ke keluarga dan kerabat. Ada juga 18 juta yang belum tersentuh keuangan formal," ungkapnya.
Sebelum membuat Holding Ultra Mikro (UMi) di Tanah Air, BRI melakukan riset bahwa ada 45 juta usaha mikro yang sebenarnya ada pendanaan tapi butuh pembiayaan dana tambahan, dan ada juga yang belum ada sama sekali.
Dari 45 juta pelaku usaha itu, baru 15 juta yang benar-benar dapat pendanaan formal dan ada 18 juta yang belum tersentuh keuangan formal.
"18 juta ini harus didampingi dulu, maka kemudian pendekatannya adalah pemberdayaan, empower. Saya kira nggak semua institusi bisnis bisa masuk, karena terus terang butuh infrastruktur dan sistem yang luar biasa intensifnya. Makanya kita bergabung bentuk Holding UMi. Maka infrastruktur yang kita bangun SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro). Itu adalah gabungan. Kita juga bikin apps-nya yang melayani mereka mobile, lainnya culture juga harus dibangun," jelas Sunarso.
Terkait culture atau budaya kerja untuk merangkul pelaku usaha mikro, Holding UMi yang terdiri dari BRI dan dua saudara BUMN-nya, yakni PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian, telah meluncurkan Brigade Madani. Sehingga 45 juta pelaku usaha mikro yang hendak disasar di awal pendirian holding ini bisa terlayani.
"Kita sekarang punya 153 co-location SENYUM, itu supaya konkrit. Itu kantor isinya satu kantor diisi bertiga. Paling depan disambut penaksir Pegadaian, kemudian ada di situ mantri BRI, dan ada PNM. Menawarkan produk bank link 3 entitas itu. Target tahun ini kita bikin lagi 1.000 kantor SENYUM," terang Sunarso.
Adapun tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 9-11%. Sunarso mengungkapkan peningkatan daya beli masyarakat dan kenaikan harga komoditas menjadi andalan BRI dalam penyaluran kredit.
"Kami harus memacu diri dalam pertumbuhan kredit. Faktor pendukungnya konsumsi rumah tangga mulai membaik," kata Sunarso.
Dia menegaskan pertumbuhan kredit bukan hanya persoalan pricing yang murah. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan faktor lain yang berpengaruh adalah konsumsi masyarakat yang didorong daya beli, sehingga kredit bisa dipacu.
"Kami targetkan 9-11% pertumbuhan karena konsumsi rumah tangga mulai membaik. Faktor lain adalah harga komoditas, kami berani tumbuh," tegasnya.
Pada masa pandemi, BRI menurutnya fokus pada penyelamatan UMKM yang menjadi penopang ekonomi Indonesia. Ditambah dengan stimulus pemerintah bagi UMKM, BRI pun berperan dalam penyalurannya untuk membangkitkan UMKM.
"Dari semua strategi itu hasilnya positif, bahwa sekarang masuk fase pemulihan. Artinya momentum ini jangan sampai kembali, untuk pulih. Komitmen kami sudah waktunya stimulus pelan-pelan mundur dari gelanggang perekonomian, kemudian kembali bisnis yang jadi panglima," pungkas Sunarso. ***