Secarik || Raden Bei Aria Wirjaatmadja Sang Perintis BRI
Minggu, 19 Juni 2022 | 09:19 WIB
LINK UMKM - Pendirian Bank Rakyat Indonesia (BRI) didahului dengan rintisan awal oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Seorang pegawai Pangreh Praja yang berpangkat Patih Banyumas di Purwokerto.
Tujuannya adalah memberi bantuan pinjaman kepada pegawai pribumi untuk menghindari hutang kepada rentenir.
Karena banyaknya pegawai yang harus dibantu dan uang pribadinya tidak mencukupi, Raden Bei Aria Wirjaatmadja menggunakan dana kas mesjid yang pengelolaannya dipercayakan kepadanya.
Untuk itu dibentuk sebuah lembaga yang bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank Der Inlandsche Hoofden.
Tugasnya adalah menampung penerimaan angsuran pinjaman, untuk dipinjamkan kembali kepada peminjam lain.
Walaupun sudah menggunakan nama Hulp en Spaarbank lembaga tersebut belum dapat disebut sebagai bank karena tidak mengelola dana masyarakat melainkan dana pribadi dan sebagian dana kas mesjid.
Keberadaan lembaga tersebut merupakan awal dari keberadaan bank perkreditan rakyat, dan sekaligus menjadi rintisan bagi pendirian BRI.bb
Bank Priyayi : Cikal BRI (1895)
Setelah berjalan beberapa bulan ternyata penggunaan dana kas mesjid tersebut tidak dapat dibenarkan oleh pejabat atasan Asisten Residen.
Dana yang telah digunakan harus segera dikembalikan. Asisten Residen E. Sieburgh segera membuat edaran guna menghimpun dana penolong dari masyarakat.
Dengan sisa dana setelah pengembalian dana kas mesjid, maka pada tanggal 16 Desember 1895 didirikan lembaga bernama Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank Simpan Pinjam Milik Pegawai Pangreh Praja Pribumi).
Bank ini dapat disebut sebagai bank, karena mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat. Bank ini juga yang menjadi cikal bakal BRI dan mendapat julukan sebagai bank priyayi karena menjalankan kegiatan memberi pinjaman kepada kalangan pegawai yang dikalangan masyarakat Jawa dikenal sebagai golongan priyayi.
Bank Rakyat : Bank "Ndeso" yang Moderen (1897-1934)
Pada tanggal 11 Agustus 1897 Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren mengalami reorganisasi dan perluasan kegiatan usaha.
Pemberian pinjaman tidak lagi hanya kepada para pegawai atau golongan priyayi, tetapi juga kepada berbagai golongan masyarakat. Berkaitan dengan perluasan kegiatan tersebut nama bank juga berubah menjadi Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouw CreditBank atau Bank Simpan Pinjam dan Kredit Usaha Tani Purwokerto. Oleh sebab itu sebutan bank priyayi berubah, menjadi bank rakyat.
W.P.D. de Wolff van Westerrode yang melakukan reorganisasi memiliki pengetahuan tentang keberadaan Raffeisen Bank. Sebuah bank perkreditan rakyat di Anhausen, Austria. Reorganisasi terhadap cikal bakal BRI dilakukan dengan mengacu pada bank tersebut, yang telah beroperasi sejak tahun 1862 dan dapat dikatagorikan sebagai bank yang moderen untuk ukuran saat itu. Tidaklah berlebihan apabila
Dikatakan bahwa BRI merupakan sebuah bank "ndeso" yang sejak berdiri sudah beroperasi sebagai bank yang moderen. ***
(Dikutip dari sebuah memoar/ Humas BRI)