Pentingnya Digitalisasi UMKM di Kota Kecil untuk Menjaga Ekosistem Perekonomian
Rabu, 27 Oktober 2021 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Pandemi berdampak ke semua sektor nasional, tak terkecuali sektor perekonomian. Hampir semua bisnis harus jalan ditempat selama pandemi, alhasil, banyak dari mereka yang gulung tikar, termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa 87,5% UMKM terdampak pandemi Covid-19. Sekitar 93,2% berdampak negatif di sisi penjualan (Maret 2021). Sektor UMKM yang terdampak, di antaranya usaha makanan dan minuman.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil menengah Bidang Hukum, Pengawasan Koperasi dan Pembiayaan Agus Santoso menyatakan bahwa penurunan aktivitas UMKM menyebabkan 40,92% pedagang besar maupun eceran terdampak. Penyedia akomodasi dan makanan minuman 26,86% dan industri pengolahan 14,25%.
Hal senada juga diungkapkan oleh Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kemenkop UKM, Eddy Satriya. Ia mengatakan bisnis UMKM yang paling terdampak selama Corona adalah akomodasi dan makan-minuman.
Dari total UMKM yang ada di Indonesia, 35,88% UMKM yang terdampak adalah UMKM akomodasi dan makan-minuman, disusul UMKM perdagangan besar dan eceran seperti reparasi dan perawatan mobil sebanyak 25,33%, dan industri pengolahan sebanyak 17,83%. Berikut penyebab UMKM tidak bisa bertahan di tengah pandemi.
- Literasi Digital
Terdampaknya sektor UMKM disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan akses digital di kota-kota kecil. Tentu hal itu menjadi tantangan besar bagi UMKM untuk bertahan dan meningkatkan usaha. Oleh karena itu, perlu pendukung terutama dari teknologi yang dapat membantu UMKM bertumbuh.
Riset oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia menemukan bahwa sepanjang tahun 2020, terdapat dua masalah utama yang dihadapi oleh UMKM yang terdampak pandemi, yaitu masalah keuangan dan pasokan/permintaan. Selain dari minimnya fasilitas operasional, sumber daya, dan pendanaan, UMKM juga masih kurang menguasai platform digital.
Selain itu, bisnis UMKM biasanya dijalankan oleh satu orang yang cenderung lanjut usia. Kelompok umur ini cenderung skeptis pemanfaatan teknologi sehingga lambat dalam mengadopsi layanan digital.
Hal ini menimbulkan kerugian bagi UMKM, terutama ketika pembatasan mobilitas diberlakukan dan masyarakat beralih dari toko fisik ke e-commerce atau platform digital.
Sementara itu, berdasarkan data East Ventures Digital Competitiveness Index 2021 , Daya saing digital cenderung didominasi oleh provinsi besar yang umumnya berlokasi di Jawa. Daerah seperti Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan cenderung berada di posisi yang lebih bawah.
- Akses Internet
Selain literasi digital, hambatan lainnya adalah akses terhadap infrastruktur internet, khususnya di daerah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal), sehingga daerah ini harus ditangani secara khusus agar secara digital tidak ketinggalan. Pemerintah mendorong percepatan pembangunan akses internet di wilayah 3T.
Menurut data APJII 2019-2020 (Q2) menunjukkan bahwa Kontribusi Penetrasi Internet per Wilayah dari Total Penetrasi masih didominasi pulau Jawa, sementara Pulau Maluku dan Papua berada di posisi terakhir.
- Biaya pengiriman
Berdasarkan data East Ventures Digital Competitiveness Index 2021 , fasilitas logistik yang sudah semakin maju memberikan dampak positif bagi bangsa pertumbuhan ekonomi.
Hal ini terbukti oleh mereka yang sudah merasakan manfaat dari menggunakan layanan pengantaran seperti GrabExpress.
Hal itu diceritakan Fauziah Yusuf sudah menjalankan usaha pembuatan buket bunga, snack, dan balon di Makassar. Sejak adanya layanan GrabExpress di Makassar dan membuatnya lebih mudah mengantar pesanan ke pembeli.
Menurutnya, layanan GrabExpress ini memudahkan usaha kecil sepertinya karena bisa mengirim buket kelima alamat berbeda dalam satu waktu. Hal ini juga buat para pembeli tidak lama menunggu pesanannya sampai.
Tak hanya Fauziah, Sancayarini atau Rini (63) merupakan pemilik dari clothing brand Kana Goods yang berfokus untuk menjual batik modern dengan konsep slow fashion.
Saat pandemi, toko tempat ia berjualan harus tutup, dimana hal ini membuat ia kehilangan sumber penghasilan. Ia pun sadar bahwa ia harus beradaptasi dan mengikuti zaman dimana digitalisasi merupakan solusi yang tepat.
Karena tidak memiliki cukup sumber daya untuk mengantarkan pesanan, Rini pun menggunakan layanan GrabExpress untuk membantunya mengirimkan barang kepada pelanggan. Sejak go digital dan menggunakan layanan GrabExpress, bisnis Rini mulai kembali pulih seperti sedia kala, bahkan ada kenaikan omzet yang signifikan dibandingkan dulu saat hanya berjualan secara offline. Ia pun bisa menjangkau pelanggan yang lebih banyak lagi dibandingkan sebelum go digital.