4 Langkah Membangun Bisnis Autopilot Ala Nadjani

Sabtu, 2 Oktober 2021 | 08:00 WIB

Bisnis autopilot, bisnis yang dapat berjalan secara berkelanjutan tanpa kehadiran owner untuk mengawasi secara langsung di kantor.

LINK UMKM -Memiliki bisnis yang sudah autopilot adalah impian banyak pelaku usaha. Sederhananya, bisnis autopilot adalah bisnis yang dapat berjalan secara berkelanjutan tanpa kehadiran owner untuk mengawasi secara langsung di kantor.

Namun, di masa pandemi seperti saat ini, impian autopilot seakan menjadi sulit dicapai karena para pengusaha menghadapi beberapa tantangan baru terkait penyesuaian fleksibilitas karyawan, seperti waktu dan tempat bekerja.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh EY 2021 Work Reimagined Employee Survey, sebanyak 6 dari 10 karyawan di Asia Tenggara akan mengajukan pengunduran diri jika mereka tetap dipaksa untuk bekerja dari kantor dan tidak diberikan fleksibilitas dalam bekerja.

Salah satu pelaku UKM yang berhasil menerapkan sistem autopilot adalah Nadya Amatullah Nizar, pemilik produk fesyen bermerek Nadjani. Ia pun membagikan pengalamannya dalam program Aksilerasi III Ninja Xpress.

Mulanya ketika merintis bisnis, Nadya mengerjakan seluruh operasional hanya berdua dengan suami. Namun, kini ia sudah memiliki banyak karyawan yang dapat bekerja sesuai dengan standar operasional tanpa keterlibatan Nadya secara langsung.

Nadya mengatakan, karyawan menjadi aspek yang paling penting dalam mewujudkan bisnis yang autopilot, bahkan menjadi roda penggerak bisnis yang penting agar profit tetap terjaga.

"Maka dari itu, sudah seharusnya bagi para pelaku UKM untuk lebih memperhatikan kebutuhan karyawannya agar tetap produktif selama pandemi," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan tertulis Ninja Xpress.

Menurut Nadya, ada 4 langkah yang harus dilakukan pelaku usaha atau owner agar karyawannya menjadi adaptif dalam bekerja di masa pandemi. Pertama, membangun pola komunikasi yang sehat.

Kemampuan berkomunikasi secara efektif sudah menjadi kebutuhan esensial bagi para owner bisnis. Para owner harus menerapkan komunikasi dua arah dengan karyawan ketika terjadi masalah agar menghasilkan win-win solution.

Kedua, memperhatikan standar kualitas kebutuhan karyawan. Para karyawan memang bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, namun selain memenuhi kebutuhan dasar, para owner diharapkan menyediakan fasilitas bagi para karyawan untuk dapat meningkatkan kompetensi diri.

"Ini bisa dilakukan seperti melalui berbagai macam pelatihan," imbuhnya.

Ketiga, pentingnya menerapkan standar operasional. Nadia mengatakan, standar atau sistem operasional menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan pelaku UKM.

Menurutnya, standar operasional yang jelas harus berlaku di berbagai divisi, baik itu administrasi, keuangan, produksi, hingga desain. Sebab, standar operasional akan membawa karyawan untuk dapat lebih mudah bekerja dengan sistem yang sudah ditentukan sebelumnya.

"Dari standar operasional yang sudah jelas ini membuat owner tidak harus memperhatikan setiap hari karyawan yang ada di kantor," kata Nadya.

Keempat, tanamkan kepercayaan pada karyawan. Nadya menjelaskan, memberikan rasa percaya kepada karyawan menjadi salah satu kunci agar karyawan punya rasa memiliki terhadap merek atau produk di tempatnya bekerja.

"Dari sikap percaya owner yang diberikan kepada karyawan akan menimbulkan sikap positif dari karyawan. Lebih jauh, rasa memiliki tersebut akan membuat jiwa karyawan merasa selalu ada di brand," ucapnya.

 

RZ/MG

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x